Pasar Faktor Produksi

Pasar Faktor Produksi

Keseimbangan perusahaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi produksi dan sisi penggunaan faktor produksi. Dalam upaya mencapai laba maksimum atau kerugian minimum, jumlah output yang di produksi dan tingkat harga yang ditetapkan tergantung pada posisi perusahaan dalam pasar. Tetapi perusahaan hanya akan mencapai kondisi optimum bila alokasi pengunaan faktor produksi (input) juga effisien.


Untuk memproduksi barang dan jasa perusahaan membutuhkan beberapa faktor produksi pokok, yaitu :

1. Tenaga kerja, dengan balas juga berupa upah atau gaji (wage/salary)
2. Barang modal (mesin atau tanah), dengan balas jasa berupa sewa (rent)
3. Uang, dengan balas jasa berupa bunga (interest)

Jika di pasar output keseimbangan akan tercapai bila perminataan sama dengan penawaran, demikian halnya dengan pasar faktor produksi. Perekonomian dapat dikatakan sudah efisien bila keseimbangan terjadi pada pasar output dan pasar faktor produksi.

1. Konsep-konsep Dasar

Beberapa konsep dasar yang harus diketahui untuk analisis faktor produksi adalah :

a. Faktor produksi sebagai permintaan turunan (Derived Demand)

Permintaan terhadap suatu barang dikatakan sebagai permintaan turunan (Derived Demand) bila permintaan terhadap barang tersebut sangat tergantung pada permintaan terhadap barang lain. Contoh barang bakar minyak (BBM) dikatakan permintaan turunan, karena permintaan terhadapnya sangat tergantung permintaan terhadap mobil. Secara umum, permintaan terhadap BBM meningkat bila permintaan terhadap mobil meningkat. Contoh lain yaitu, permintaan terhadap gedung perkantoran dikatakan permintaan turunan karena permintaannya sangat bergantung pada kegiatan dunia usaha. Makin baik dunia usaha, makin besar permintaan terhadap gedung perkantoran.

Demikian halnya dengan tenaga kerja dan tanah. Permintaan terhadap tenang kerja sangat bergantung pada permintaan terhadap barang dan jasa. Dan juga permintaan terhadap tanah juga sangat bergantung pada permintaan barang dan jasa. Misalnya, jasa gedung perkantoran.

b. Faktor Produksi Substitusi dan Komplemen (Substitutable and Complement Input)

Hubungan antar faktor produksi dikatakan bersifat substitusi bila penambahan penggunaan faktor produksi yang satu mengurangi penggunaan faktor produksi yang lain. Contoh, mesin merupakan substitusi tenaga kerja bila penambahan penggunaan mesin mengurangi penggunaan tenaga kerja (manusia). Dan bila mesin dan tenaga kerja memiliki hubungan yang bersifat komplemen, bila penambahaan penggunaan mesin menambah penggunaan tenaga kerja.

c. Hukum Pertambahan Hasil Yang Makin Menurun (Law of Diminishing Return)

Sama halnya dengan komsumsi, penambahan penggunaan faktor produksi pada awalnya juga memberikan tambahan hasil yang besar, namun makin lama dengan tingkat pertambahan yang makin menurun. Misalnya, dalam proses pengolahan lahan untuk penanaman palawija. Untuk satu hektar lahan, umumnya diselesaikan dalam 150 hari kerja orang (HKO). Jika lahan satu hektar dikerjakan seorang diri, waktu yang dibutuhkan adalah 150 hari kerja. Bila dua orang 75 hari kerja. Tiga orang 50 hari kerja dan seterusnya. Semakin banyak tenaga kerja, semakin cepat pengolahan lahan selesai. Tapi itu belum tentu, sebab hubungan antar jumlah tenaga kerja dan waktu yang digunakan untuk pengolahan lahan tidak berbanding lurus.

d. Efek Substitusi dan Efek Output (Substitution and Output Effect)

Analisi efek substitusi (substitution effect) dalam pasar faktor produksi, analogis dengan efek substitusi pada teori perilaku konsumen. Jika terjadi kenaikan harga pada faktor produksi, maka penggunaan input tersebut dikurangi.

Analisis efek output atau efek skala produksi (output effect), analogis dengan efek pendapatan (income effect). Suatu produksi dikatakan normal (normal input), jika penambahaan skala produksi menambah penggunaan faktor produksi tersebut. Sebaliknya fakto produksi dikatakan inferior, bila penambahaan skala produksi justru mengurangi penggunaan faktor produksi (negative output effect analogis dengan negative income effect).

2. Fungsi Produksi dan Produk Marjinal Tenaga Kerja

Fungsi produksi (production function) untuk menggambarkan hubungan antara jumlah input yang digunakan dalam produksi dan jumlah hasil produksi. Input dalam contoh ini adalah “pemetik apel” dan hasil produksi ialah “buah apel” sedangkan input yang lainnya bernilai tetap untuk saat ini.

Produk marjinal tenaga kerja (marginal product of labor, MPL) adalah jumlah output tambahan yang didapat perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan dengan modal tetap,digambarkan dengan fungsi produksi:

MPL = F (K, L + 1) - F(K, L)

Sebagian besar fungsi produksi memiliki sifat produk marjinal menurun (diminishing marginal product) yaitu dengan modal tetap, produk marjinal tenaga kerja menurun bila jumlah tenaga kerja meningkat.

Nilai Produk Marginal dan Permintaan Tenaga Kerja

Nilai produk marginal (value of the marginal product) dari input apa pun adalah produk marginal dari input itu dikalikan dengan harga hasil produksi di pasar. Karena harga pasar tetap pada perusahaan kompetitif, nilai produk marginal (seperti produk marginal itu sendiri) akan menurun jika pekerja meningkat. Para ekonom kadang-kadang menyebut dengan produk pendapatan marginal perusahaan, yaitu pendapatan tambahan yang diperoleh perusahaan dengan mempekerjakan satu unit tambahan faktor produksi (dalam hal ini tenaga kerja).

Pada perusahaan yang dicontohkan yaitu perusahaan apel, anggaplah upah pasar bagi pemetik apel adalah $500 per minggu. Pada kasus ini, seperti yang tercantum pada Tabel 1 bahwa pekerja pertama di perusahaan menguntungkan karena pekerja pertama menghasilkan pendapatan perusahaan $1000 atau keuntungan sebesar $500. Pekerja kedua menghasilkan pendapatan tambahan sebesar $800 atau keuntungan $300 dan pekerja ketiga menghasilkan pendapatan tambahan sebesar $600 atau keuntungan sebesar $100. Namun, setelah pekerja ketiga menambah pekerja tidak akan memberikan keuntungan lagi karena pekerja keempat hanya memberikan tambahan pendapatan sebesar $400 padahal biaya upah $500 sehingga perusahaan justru rugi $100.

Kurva ini menurun karena produk marginal tenaga kerja berkurang ketika jumlah pekerja meningkat. Pada Grafik 2 terdapat garis horisontal yang menunjukkan upah pasar. Untuk memaksimalkan keuntungan, perusahaan akan terus menambah pekerja hingga tercapai titik dimana kedua kurva berpotongan. Di bawah tingkat ini, nilai produk marginal melampaui upah, sehingga menambah pekerja akan meningkatkan keuntungan. Sedangkan jika di atas tingkat ini, nilai produk marginal lebih kecil dari upah sehingga pekerja marginal tidak mendatangkan keuntungan. Dengan demikian, sebuah perusahaan yang kompetitif dan memaksimalkan keuntungan menambah terus pekerjanya hingga titik dimana nilai produk marginal tenaga kerja sama dengan upah. Kurva nilai produk marginal merupakan kurva permintaan tenaga kerja bagi sebuah perusahaan kompetitif yang memaksimalkan keuntungan.

3. Faktor-faktor Penentu Permintaan Terhadap Faktor Produksi

a. Harga Faktor Produksi

Yang dimaksud dengan harga faktor produksi adalah upah dan gaji untuk tenaga kerja atau sewa untuk barang modal dan tanah. Jika fakor produksi bersifat normal, makin murah harganya, makn besar jumlah yang diminta. Dalam kasus khusus, turunnya harga faktor produksi justru menurunkan jumlah yang diminta (inferior). Atau pada saat harganya naik, permintaannya justru meningkat (analogis barang Giffen).

b. Permintaan Terhadap Output

Makin besar skala produksi, makin besar permintaan terhadap input. Kecuali input tersebut telah bersifat inferior.

c. Permintaan Terhadap Faktor Produksi Lain

Misalnya, permintaan terhadap faktor produksi substitutif (mesin) meningkat, maka permintaan terhadap tenaga kerja menurun. Bila tenaga kerja dan mesin mempunyai hubungan komplemen, meningkatnya permintaan terhadap mesin meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja.

d. Harga Faktor Produksi Yang Lain

Pengaruh perubahan harga suatu faktor produksi terhadap permintaan faktor produksi lainnya sangat berkaitan dengan sifat hubungan antar faktor produksi. Permintaan terhadap suatu faktor produksi akan meningkat, bila harga faktor produksi substitusinya makin mahal. Permintaan terhadap faktor produksi akan menurun, jika harga faktor produksi komplemennya makin mahal.

e. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi mempunyai dampak yang mendua terhadap permintaan faktor produksi. Dalam arti kemajuan teknologi dapat menambah atau mengurangi permintaan terhadap faktor produksi. Jika kemajuan teknologi meningkatkan produktivitas maka permintaan terhadap faktor produksi meningkat. Kemajuan teknologi yang bersifat padat modal meningkatkan produktivitas barang modal, sehingga permintaan terhadapnya meningkat. Sebaliknya, kemajuan tersebut meurunkan permintaan terhadap tenaga kerja, bila hubungan keduanya substitutif. Kemajuan teknologi dapat meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja, bila kemajuan tersebut meingkatkan produktivitas tenaga kerja.

4. Penawaran tenaga kerja; faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan kurva penawaran tenaga kerja.

Kita mengenal prinsip bahwa harga yang tinggi akan diikuti oleh penawaran yang tinggi, sebaliknya jika harga rendah maka penawaran juga rendah. 

Dapat dilihat bahwa pada saat harga berada di P1, kuantitas barang yang ditawarkan ada di Q1, lalu saat harga naik ke P2, kuantitas barang yang ditawarkan juga naik ke Q2. Hal ini sesuai dengan hukum penawaran dimana harga dan kuantitas berbanding lurus.

Kurva penawaran juga dapat mengalami pergeseran karena adanya perubahan faktor-faktor yang memengaruhi penawaran selain faktor harga. Bergesernya kurva penawaran ditandai dengan bergeraknya kurva ke kanan atau ke kiri. Kurva penawaran bergeser ke kanan, artinya jumlah penawarannya mengalami kenaikan. Namun, ketika kurva penawaran barang bergeser ke kiri, berarti terjadi penurunan penawaran barang. Pergeseran kurva penawaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya berdasarkan harga sumber daya, teknologi,jumlah penjual, ekspektasi di masa mendatang, pajak, dan subsidi. Contohnya seperti kurva penawaran baju di bawah ini :

Harga sumber daya. 

Untuk memproduksi baju, penjual menggunakan berbagai macam sumber daya seperti benang,mesin jahit, tenaga kerja, dll. Ketika harga dari satu atau lebih sumber daya ini naik, maka biaya yang diperlukan untuk memproduksi baju akan naik. Akibatnya keuntungan penjual menjadi berkurang, untuk mengantisipasinya penawaran yang dilakukan oleh penjual akan menurun.Jika harga sumber daya tersebut naik tinggi sekali, perusahaan mungkin akan tutup dan tidak menawarkan bajunya sama sekali. Kesimpulannya, penawaran dari suatu barang berhubungan negatif dengan harga dari sumber daya yang digunakan untuk membuat barang.

Tekhnologi. 

Tekhnologi untuk mengubah sumber daya menjadi baju adalah penentu lainnya dari pergeseran kurva penawaran. Penemuan dari mesin jahit yang termekanisasi misalnya, mengakibatkan hanya sedikit tenaga kerja yang diperlukan oleh pengusaha, karena hampir semua kegiatan produksi dilakukan mesin. Hal ini tentunya mengurangi biaya perusahaan, sehinggaperusahaan akan meningkatkan penawaran bajunya.

Jumlah penjual.

Penawaran dalam pasar juga tergantung dari jumlah penjual. Jika jumlah penjual baju banyak, maka penawaran akan tinggi, karena sesama penjual saling bersaing, sebaliknya, jika jumlah penjual baju sedikit, penawaran rendah.

Ekspektasi di masa depan.

Jumlah baju yang perusahaan tawarkan hari ini mungkin tergantung pada ekspektasi dari masa depan. Contohnya, jika perusahaan memperhitungkan harga baju akan naik di masa depan, perusahaan akan menyimpan bahan baku dan akan menawarkan lebih sedikit baju ke pasar pada hari ini.

Pajak dan Subsidi.

Jika suatu barang dikenakan pajak, maka harga barang tersebut akan naik, sehingga daya beli masyarakat menurun, maka perusahaan akan menaikkan penawaran. Sebaliknya, jika suatu barang disubsidi, berarti harganya akan turun, sehingga penawaran akan turun pula.

5. Keseimbangan / Ekuilibrium Pasar Tenaga Kerja

a. Keseimbangan Dalam Pasar Tenaga Kerja Single Competitif

Kurva penawaran tenaga kerja menunjukkan jumlah jam kerja dari pekerja pada berbagai tingkat upah. Sedangkan kurva permintaan tenaga kerja menunjukkan jumlah jam kerja yang digunakan oleh perusahaan pada berbagai tingkat upah. Keseimbangan terjadi pada saat penawaran tenaga kerja sama dengan permintaan tenaga kerja yaitu di titik upah keseimbangan w* dan jumlah jam kerja sebanyak E*. Setelah tingkat upah keseimbangan tercapai, setiap perusahaan di dalam industri berusaha mempekerjakan orang sampai pada titik dimana nilai marjinal produk tenaga kerja (value of marginal product of labor) sama dengan upah di pasar kerja yang kompetitif yaitu di titik E.

Mengapa upah bisa naik turun? Dalam perekonomian yang modern, terdapat kendala yang dihadapi berupa gangguan (shock) yang terjadi baik di sisi permintaan maupun penawaran. Upah dan kesempatan kerja yang selalu berubah merupakan respon dari perubahan yang terjadi dari sisi ekonomi, politik dan sosial. Ketika pasar kerja bereaksi terhadap gangguan yang terjadi, upah dan kesempatan akan selalu bergerak menuju titik keseimbangan yang baru.

b. Keseimbangan Kompetitif antar Pasar Tenaga Kerja

Bagaimana keseimbangan pasar tenaga kerja terjadi bila di daerah utara mempunyai upah yang lebih tinggi dari daerah selatan? Diasumsikan dua pasar ini mempekerjakan pekerja yang memiliki ketrampilan yang sama sehingga orang yang bekerja di daerah Utara memiliki substitusi yang sempurna dengan daerah di Selatan. Upah Keseimbangan di daerah Utara wN melebihi upah keseimbangan di daerah Selatan wS. Kurva permintaan dan penawaran di masing-masing pasar yaitu SN dan DN untuk daerah Utara sedangkan SS dan DS untuk daerah Selatan. Pekerja di daerah Selatan melihat upah di daerah utara lebih besar, akan berpindah untuk bekerja di Utara. Penghasilan yang besar menunjukkan tingkat kepuasaan yang lebih besar. Sebaliknya perusahaan melihat adanya perbedaan upah di kedua daerah, akan berpindah ke daerah Selatan yang memiliki karakteristik tingkat upah yang lebih rendah dibandingkan di Utara, sehingga perusahaan memperoleh keuntungan lebih besar dengar mempekerjakan pekerja lebih murah. Jika pekerja berpindah antar daerah dengan bebas, perpindahan pekerja (migrasi) akan mengubah kurva penawaran baik di daerah Utara maupun Selatan. Di daerah Selatan, kurva penawaran tenaga kerja akan bergeser ke kiri (Ke SS’) sampai sebagian pekerja di daerah Selatan meninggalkan daerahnya menuju Utara. Akibatnya karena oekerja di daerah Selatan meninggalkan daerahnya menuju daerah Utara. Akibatnya karena pekerja sangat langka di daerah Selatan, upah pekerja mengalami kenaikan. Sebaliknya di daerah Utara, kurva penawarn tenaga kerja akan bergeser ke kanan (ke SN’), sebagai akibat pekerja di daerah Selatan terus berdatangan. Dampaknya, upah di daerah Utara mengalami penurunan. Jika ada kebebasan bagi pekerja untuk berpindah dan kebebasan untuk keluar atau masuk ke pasar, maka dampaknya perekonomian nasional akan menghasilkan tingkat upah tunggal yaitu sebesar w*.

c. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja Monopsoni

Jenis perusahaan monoponi yaitu :

a. Perusahaan monopsoni dengan diskriminasi murni

Perusahaan monopsony dengan diskriminasi murni dapat mempekerjakan pekerja pada berbagai tingkat upah. Pada dasarnya perusahaan monopsony tidak dapat mempengaruhi harga output di pasar. Keuntungan perusahan yang diperoleh jika menambah pekerja sama dengan harga produknya dikalikan dengan marjinal produk tenaga kerja yang bersifat kompetitif, ditunjukkan oleh kurva nilai marjinal produknya. Perusahaan monopsoni dengan diskriminasi murni akan mempekerjakan orang sampai kondisi dimana nilai upah pekerja terakhir yang disewanya sama dengan biaya mempekerjakan pekerja terakhir tersebut. Atau sampai kondisi dimana kontribusi pekerja terakhir terhadap penerimaan perusahaan sama dengan ongkos marjinal pekerja. Pekerja terakhir ini merupakan pekerja yang menerima uoah sesuai kemampuan tertinggi perusahaan untuk menarik pekerja yang ada di pasar. Apabila setelah ini ada pekerja lain yang masuk perusahaan tersebut, akan dibayar dengan tingkat upah resevasi. Keseimbangan pasar terjadi di titik A, dimana penawaran sama dengan permintaannya. Perusahaan monopsoni dengan diskriminasi murni mempekerjakan pekerja sebesar E*, persis sama dengan tingkat kesempatan kerja pada pasar kompetitif. Upah w* bukan merupakan upah yang kompetitif. Upah itu merupakan tingkat upah yang harus dibayar oleh perusahaan monopsoni untuk pekerja yang terakhir yang ada di pasar.

b. Perusahan monopsoni nondiskriminatif

Perusahaan monopsoni nondiskriminatif harus membayar seluruh pekerja pada tingkat sama, tanpa mempedulikan upah reservasi pekerja. Hal ini disebabkan oleh perusahaan monopsoni nondiskriminasi harus menaikkan upah terhadap seluruh pekerja karena keinginan perusahaan untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja sehingga kurva penawaran tenaga kerja tidak lagi menjadi biaya marjinal pekerja. Upah akan meningkat pada saat perusahan monopsoni nondiskriminasi mempekerjakan lebih banyak pekerja, seingga kurva ongkos marjinal tenaga kerja memiliki slope positif. Ongkos marjinal pekerja meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat upah dan berada diatas kurva penawaran tenaga kerjanya. Perusahaan monopsoni akan memaksimumkan keuntungan dengan mempekerjakan orang sampai pada tahap dimana ongkos marjinal tenaga kerja sama dengan nilai marjinal produknya. Jika perusahan mempekerjakan pekerja lebih rendah, maka nilai produk marjinalnya melebihi ongkos marjinal tenaga kerjanya dan perusahaan akan menambah pekerja. Sebaliknya, jika perusahaan mempekerjakan lebih, ongkos marjinalnya melebihi kontribusi pekerja bagi perusahaan dan perusahaan akan memberhentikan beberapa karyawan. Kondisi keuntungan maksimum bagi perusahaan monopsoni nondiskriminasi yaitu MCE = VMPE

Karakteristik keseimbangan pasar monopsoni dibandingkan dengan pasar kompetitif. Pertama, perusahaan monopsoni nondiskriminatif mempekerjakan orang lebih sedikit dibandingkan di pasar kompetitif seingga pada pasar monopsoni akan terjadi pengangguran. Kedua, upah pada pasar monopsoni lebih kecil dari upah di pasar kompetitif dan juga lebih kecil dari nilai marjinal produknya.

d. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja Monopoli

Perusahaan monopoli mampu dan bebas mempengaruhi harga output di pasar (harga jual barang). Perusahan monopoli akan memproduksi barang sampai keuntungan marjinal sama dengan ongkos. Karena perusahaan monopoli dapat menentukan harga jual, maka perusahaan dapat mempekerjakan tenaga kerja sesuai dengan keinginannya dan pada upah yang telah ditentukan perusahan. Jika jumlah pekerja sedikit, dan dengan adanya tambahan pekerja, perusahan akan mendapatkan keuntungan. Hal ini karena ongkos mempekerjakan lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh. Sebaliknya, jika perusahaan mempekerjakan orang yang lebih besar, pekerja terakhir yang disewa menghasilkan keuntungan yang lebih kecil dari ongkos mempekerjakannya. Jika perusahan berada pada pasar yang kompetitif, maka akan mempekerjakan sampai pada titik dimana upah sama dengan nilai marjinal produknya.

6. Keseimbangan Pada Pasar Tanah dan Modal

Apa yang menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh para pemilik tanah dan modal atau kontribusi mereka bagi proses produksi? Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita perlu membedakan dua jenis harga: harga pembeli dan harga sewa. Harga pembeli tanah dan modal merupakan harga yang dibayarkan seseorang untuk memiliki faktor produksi tersebut selamanya. Harga sewa merupakan harga yang dibayarkan seseorang untuk menggunakan faktor produksi tersebut untuk jangka waktu terbatas. Penting untuk menginat perbedaan ini karena, seperti yang akan kita lihat, kedua harga ini ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi yang berbeda.

Setelah mendefinisikan istilah-istilah ini, kita sekarang dapat menerapkan teori permintaan faktor produksi, yang telah dikembangkan untuk pasar tenaga kerja, pada pasar tanah dan modal. Sebenarnya, secara sederhana, upah merupakan harga sewa tenaga kerja. Oleh sebab itu, banyak hal yang telah kita pelajari mengenai penentuan upah dapat diterapkan juga pada harga sewa tanah dan modal. Terlebih lagi, permintaan tanah dan modal ditentukan dengan cara yang sama seperti permintaan tenaga kerja. Ketika perusahaan yang memproduksi buah apel memutuskan berapa luas tanah dan banyak tenaga yang akan disewa, perusahaan akan mengikuti cara berpikir yang sama ketika memutuskan jumlah pekerja yang akan dipekerjakan. Untuk tanah dan modal, perusahaan meningkatkan jumlah yang disewa hingga nilai produk marginal faktor produksi sama dengan faktor produksi. Jadi, kurva permintaan untuk masing-masing faktor mencerminkan produktivitas marginal dari faktor tersebut.

Kita sekarang dapat menjelaskan berapa besar pendapatan yang diperoleh tenaga kerja, berapa besar yang diperoleh para pemilik tanah, dan berapa besar yang diperoleh para pemilik modal. Selama perusahaan yang mengguanakan faktor-faktor produksi bersifat kompetitif dan memaksimalkan keuntungan, masing-masing harga sewa faktor produksi harus sama dengan nilai produk marginal faktor tersebut. Tenaga kerja, tanah, dan modal, masing-masing memberikan nilai kontribusi marginal bagi proses produksi.

Sekarang perhatikan harga beli tanah dan modal. Harga sewa dan harga beli tentu saja berhubungan: pembeli rela membayar lebih untuk sepetak tanah atau sebentuk modal jika tanah atau modal itu menghasilkan aliran pendapatan sewa yang besar. Dan, sebagaimana kita baru saja lihat, pendapatan sewa keseimbangan pada titik manapun dalam ukuran waktu, sama dengan nilai dari produk margnal faktor tersebut. Oleh sebab itu, harga beli keseimbangan dari sepetak tanah atau sebentuk modal bergantung pada nilai produk marginal sekarang dan nilai produk marginal yang diharapkan muncul di masa depan.

7. Hubungan antara Faktor-faktor Produksi 

Kita telah melihat bahwa harga yang dibayarkan untuk setiap faktor produksi tenaga kerja, tanah, atau modal sama dengan nilai produk marginal dari faktor produksi tersebut. Produk marginal dari setiap faktor produksi akan bergantung pada jumlah tersebut. Produk marginal dari setiap faktor produksi akan bergantung pada jumlah faktor tersebut yang tersedia. Karena perilaku penurunan produk marginal, suatu faktor produksi yang ditawarkan dengan berlimpah memiliki produk dan harga yang rendah, dan sebuah faktor produksi yang jarang ditawarkan memiliki produksi marginal dan harga yang tinggi. Akibatnya, ketika penawaran faktor-faktor produksi turun, keseimbangan harga faktor produksi meningkat.

Akan tetapi, ketika penawaran setiap faktor produksi berubah, dampaknya tidak hanya dibatasi pada pasar faktor produksi tersebut. Pada berbagai situasi umum, faktor-faktor produksi digunakan bersama-sama dalam cara tertentu sehingga membuat produktivitas masing-masing faktor bergantung pada jumlah faktor produksi lainnya yang tersedia untuk digunakan dalam proses produksi. Sebagai hasilnya, perubahan dalam penawaran setiap faktor produksi akan mempengaruhi pendapatan dari semua faktor produksi lainnya.

Sebagai contoh, angin ribut menghancurkan tangga-tangga yang digunakan para pekerja untuk memetik buah-buah apel dari pohonnya. Apa yang terjadi pada pendapatan dari berbagai faktor produksi lainnya? Yang paling jelas, penawaran tangga turun dan, oleh karena itu, keseimbangan harga sewa tangga meningkat. Para pemilik tangga yang cukup beruntung karena berhasil menghindari kerusakan tangga-tangga mereka sekarang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi ketika mereka menyewakan tangga-tangga pada perusahaan yang memproduksi buah apel.

Namun, akibat-akibat dari peristiwa ini tidak berhenti pada pasar tangga saja. Karena hanya ada sedikit tangga yang dapat digunakan untuk bekerja, para pekerja yang memetik buah apel memiliki produk yang lebih rendah. Jadi, berkurangnya penawaran tangga menurunkan permintaan tanaga kerja pemetik buah apel, dan ini menyebabkan keseimbangan upah turun. 

Daftar Pustaka

Prathama Rahardja, Mandala Manurung., Teori Ekonomi Mikro, 4th ed. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT), 2010.
Pratiko, Budi. 2013. Pasar Faktor Produksi. http://budipratiko9.blogspot.com/2013/11/pasar-faktor-produksi.html

Komentar

  1. Coba sebutkan contoh kasus pada pasar input beserta pendapat para tokoh ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer